Untukmu Hutanku, Untukmu Bumiku

Posting Komentar

Siapa disini yang suka nonton drama Korea? Hehe, Mama saya merupakan salah satu pecinta drama Korea. Jadi dari kecil saya sudah terpapar virus K-Drama, haha.

Nah, biasanya di drama Korea itu suka ada adegan romantis yang dikaitkan dengan turunnya salju. Saya jadi berpikir, kenapa ya Korea bisa turun salju tapi di Indonesia tidak pernah turun salju? Beberapa tahun kemudian saya baru mendapat jawabannya di kelas IPA. Ternyata Indonesia adalah negara tropis. Apa itu negara tropis?

Negara tropis adalah negara yang berada di antara 23,5 derajat Lintang Utara dan 23,5 derajat Lintang Selatan. Negara yang berada di wilayah ini mendapatkan sinar matahari vertikal sepanjang tahun. Konsekuensinya, Indonesia hanya punya dua musim, yaitu kemarau dan hujan. Jadi mustahil Indonesia bisa turun salju seperti di Korea Selatan, haha.

Nah, ngomong-ngomong wilayah tropis. Akhir-akhir ini saya juga baru tahu kalau wilayah tropis itu terbagi dua lho. Ada wilayah tropis kering dan tropis lembab.

Tropis kering itu mencakup gurun pasir, stepa, dan sabana kering. Sementara tropis lembab meliputi sabana dan hutan hujan tropis. Lantas Indonesia termasuk wilayah tropis apa? Indonesia sendiri termasuk wilayah tropis lembab. Indonesia sendiri terkenal dengan hutan hujan tropisnya lho. Meskipun demikian, tidak semua hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis. Lantas, ada apa saja jenis hutan yang ada di Indonesia? Yuk, kita simak lebih dalam lagi.

Hutan di Indonesia

Karena lahir dan besar di kota, dulu saya pikir kalau Indonesia itu bentuknya sama seperti Jakarta. Isinya gedung pencakar langit semua. Siapa sangka kalau ternyata pemikiran saya sungguh sesat? Haha. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa sekitar 62,75 persen wilayah daratan Indonesia ditutupi oleh hutan. Artinya, hutan menutupi wilayah daratan Indonesia seluas 191,36 juta hektare (ha).

Dari keseluruhan hutan nasional, setidaknya ada sembilan jenis hutan. Hutan-hutan tersebut antara lain: hutan bakau, hutan mangrove, hutan lumut, hutan rawa, hutan sabana, hutan stepa, hutan musim, hutan hujan tropis, dan hutan gugur. Salah satu jenis hutan yang paling banyak menyimpan keanekaragaman flora dan fauna adalah hutan hujan tropis.

Apa itu hutan hujan tropis?

Menurut Hartono dalam bukunya yang berjudul Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta, hutan hujan tropis ialah hutan yang berada di wilayah tropis, yakni wilayah yang berada di antara lintang 23,5 derajat LU dan 23,5 derajat LS. Persebaran hutan hujan tropis meliputi negara-negara di benua Asia, Amerika, dan wilayah Timur Tengah.

Hutan hujan tropis memiliki kelembaban udara yang tinggi. Hal ini dikarenakan curah hujan yang juga tinggi, yakni berkisar antara 200-225 mm per tahun. Selain itu, karena letaknya di wilayah yang dilintasi garis khatulistiwa, hutan hujan tropis menerima sinar matahari sepanjang tahun. Kombinasi dari tingginya curah hujan dan sinar matahari yang optimal menjadikan tanah di hutan hujan tropis sangat subur. Hal ini memungkinkan pohon tumbuh tinggi dan lebat. Bahkan, pohon-pohon pada lapisan tajuk puncak bisa tumbuh hingga mencapai 50 meter.

kebakaran hutan
from northabroad.com

Vegetasi di hutan hujan tropis selalu hijau sepanjang tahun. Pada lapisan pertama, disebut juga tajuk puncak, merupakan lapisan yang ditumbuhi pepohonan raksasa dan sangat tinggi. Lapisan berikutnya ialah kanopi atau tudung. Lapisan ini terdiri dari pepohonan berdaun lebar yang menghalau sinar matahari dan hujan seperti tudung. Selanjutnya adalah lapisan yang berisi beragam tanam paku-pakuan besar dan palem. Kemudian pada lapisan terdalam adalah lapisan dasar hutan. Lapisan ini terdiri dari tanaman pendek seperti lumut, jenis perdu, dan jamur.

Hutan Hujan Tropis Nomor Tiga di Dunia

Meskipun hutan hujan tropis hanya menutupi dua persen dari seluruh wilayah di bumi, tetapi separuh dari spesies flora dan fauna di bumi ada di sini. Hutan hujan tropis Indonesia sendiri menampung sekitar 10 persen dari spesies tumbuhan yang ada di dunia, 17 persen spesies burung, dan 12 persen spesies mamalia.

Hutan hujan tropis tersebar di tujuh pulau besar di Indonesia, dari Sumatra sampai Papua. Di dalamnya terkandung berbagai flora fauna endemik. Flora endemik yang dapat ditemukan di hutan hujan tropis Indonesia adalah bunga Rafflesia arnoldi (terdapat di Bengkulu, Sumatra Barat, dan Aceh), Kayu Cendana (Santalum album, terdapat di Nusa Tenggara), dan Matoa (Pometia pinnata, dari Papua). Sementara itu, Indonesia memiliki fauna endemik seperti harimau sumatra (Panthera tigris), burung cendrawasih (Paradisaea minor), komodo (Varamus komodoensis), dan jalak bali putih (Leucopsar rothschildi).

Manfaat Hutan Indonesia

Keberadaan hutan di Indonesia membawa banyak manfaat bagi berbagai aspek kehidupan. Manfaat tersebut antara lain:

1.  Paru-Paru Dunia

Hasil dari proses fotosintesis tumbuhan adalah energi dan oksigen. Oksigen inilah yang akan dihirup oleh seluruh makhluk hidup di bumi untuk bertahan hidup. Hutan hujan tropis sendiri mampu menghasilkan sekitar 25-30 persen oksigen dunia.

2.  Menyerap Emisi Karbon

Semakin tingginya populasi manusia menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil juga semakin meningkat. Hasil dari pembakaran bahan bakar fosil ini adalah emisi karbon. Emisi karbon inilah yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global menyebabkan berbagai disrupsi lingkungan. Untuk meredam disrupsi tersebut, hutan berperan penting dalam menyerap emisi karbon.

Berdasarkan data NFI yang dikutip oleh Forest Digest, jenis hutan yang memiliki kemampuan menyerap emisi karbon terbesar adalah hutan mangrove primer. Rata-rata serapannya di tujuh pulau Indonesia mencapai 199,01 ton per hektar. Di posisi kedua ada hutan lahan kering primer dengan daya serap karbon sebesar 126,64 ton per hektar. Kemudian secara berturut-turut ada hutan tanaman, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan mangrove sekunder, dan hutan rawa sekunder.

3.  Menjadi Habitat Berbagai Spesies Flora dan Fauna

Portal Informasi Indonesia melaporkan bahwa ada sekitar 6.000 spesies flora yang tumbuh di hutan Indonesia. Untu persebaran fauna, ada sekitar 4.000 spesies ikan, 500 spesies mamalia, 1.600 spesies burung, kurang lebih 200.000 spesies serangga, dan sekitar 1.000 jenis reptilia dan amphibi.

4.  Mencegah Bencana Alam

Hutan berperan sebagai wilayah resapan air. Ketika hujan turun, akar-akar pepohonan di hutan akan menyerap air ke dalam tanah. Air ini akan disimpan untuk sementara, lalu dilepaskan secara perlahan ke aliran sungai. Hal ini akan mencegah limpahan air (run off) menggenang sehingga terjadi banjir.

Di samping itu, keberadaan hutan akan mencegah terjadinya erosi tanah. Akar pepohonan yang kuat akan menjaga stabilitas tanah sehingga mencegah terjadinya longsor dan banjir.

5.  Menyediakan Makanan

Laman Rainforest Alliance melaporkan bahwa sekitar 80 persen sumber makanan berasal dari hutan. Contohnya singkong, kopi, teh, kakao, dan lain-lain.

6.  Tempat Tinggal Manusia

Hutan menjadi kediaman bagi sejumlah masyarakat adat di Indonesia. Hutan yang menjadi kediaman masyarakat adat disebut hutan adat. Selain sebagai rumah, hutan adat juga menjadi sumber pangan dan mata pencaharian masyarakat.

Berbagai manfaat di atas akan bisa dirasakan secara optimal oleh manusia jika keberadaan hutan tetap lestari. Sayangnya, eksistensi hutan semakin terkikis akibat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Fenomena Kebakaran Hutan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan bahwa ada 233 kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sepanjang tahun 2023. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa hutan dan lahan yang terbakar sejak bulan Januari hingga Juli 2023 mencapai 90.405 hektar (ha). Seluruh kebakaran itu memproduksi emisi lebih dari 5,9 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e).


Bagaimana karhutla dapat terjadi?

Dilansir oleh Detiknews, karhutla dapat terjadi karena faktor alam dan perbuatan manusia. Faktor-faktor alam yang dapat menyebabkan karhutla adalah sambaran petir, lelehan lahar gunung api, serta musim kemarau yang panjang. Fenomena El Nino tahun ini merupakan fenomena alami yang diperkirakan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) akan meningkatkan potensi terjadinya karhutla. Di sisi lain, perbuatan manusia yang dapat menyebabkan karhutla antara lain: pembakaran sampah di hutan, pembakaran hutan untuk membuka lahan, dan membuang puntung rokok di area hutan.

kebakaran hutan

Salah satu lahan yang rentan terbakar selama musim kekeringan ialah lahan gambut. Pengelolaan lahan gambut yang buruk akan menyebabkan lahan mudah terbakar. Sayangnya ini terjadi di Jambi. CNN Indonesia melaporkan bahwa lahan yang terbakar di Jambi sepanjang tahun ini mencapai 229,54 hektar. Dansatgas Karhutla Provinsi Jambi Brigjen TNI Supriono mengemukakan bahwa penyebab utama dari karhutla di Jambi ialah pembakaran lahan oleh masyarakat untuk membuka lahan serta pengelolaan lahan gambut yang buruk demi perawatan perkebunan sawit perusahaan-perusahaan.

Apa saja dampak dari karhutla?

Kebakaran hutan memiliki dampak yang krusial bagi makhluk hidup. Bayangkan, entah berapa banyak spesies flora yang terbakar menjadi abu karena karhutla. Belum lagi spesies fauna yang mati karenanya. Bagi satwa yang masih mampu bertahan hidup pun akan kehilangan habitatnya sehingga terancam punah.

Selain itu, asap pembakaran akan menyebabkan polusi udara, yang pada akhirnya memperparah fenomena pemanasan global. Mari kita ambil contoh kebakaran hutan yang melanda 29 provinsi di Indonesia pada tahun 2015. Studi dari Harvard dan Columbia University melaporkan pada laman climatechangenews bahwa kebakaran tersebut menyumbang 3 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca pada tahun itu.

Kejadian serupa juga terjadi empat tahun kemudian. Pada tahun 2019, Global Forest Watch menyebutkan bahwa kebakaran lahan pada tahun itu melepaskan 708 juta ton gas rumah kaca ke atmosfer.

Dampak jangka pendek dari asap pembakaran tersebut tidak main-main. Mengutip dari laman EMC Health Care, asap kebakaran hutan meningkatkan angka penderita ISPA hingga 100 persen pada bulan September 2019. Dikutip dari Kompas, studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Research Letters (2016) oleh peneliti dari Universitas Harvard dan Columbia, Amerika, menyatakan bahwa setidaknya ada 90.000 orang Indonesia mengalami kematian dini akibat asap kebakaran hutan pada tahun 2015. 

Apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan hutan?

Mengingat rentetan dampak buruk tersebut, maka akan lebih baik jika kita #BersamaBergerakBerdaya untuk menekan angka karhutla semaksimal mungkin. Caranya adalah dengan melestarikan hutan. Metode yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya adalah sebagai berikut:

kebakaran hutan

1.  Jangan membuka lahan dengan cara dibakar

Lahan dapat dibuka dengan cara ditebang. Penebangan bisa dilakukan secara manual atau dengan bantuan alat berat seperti traktor atau tree dozer. Kemudian cabang dan ranting pohon yang telah dipotong dan dicincang (direncek). Tujuannya adalah untuk mempermudah pengendalian kebakaran (sekat bakar) dan mempercepat proses pelapukan.

2.  Jangan membuang puntung rokok atau membakar sampah di hutan

Hutan terdiri dari vegetasi yang rapat dan mudah terbakar. Keberadaan puntung rokok yang masih menyala akan menyebabkan kebakaran kecil yang lambat laun akan merembet lalu membakar pepohonan di sekitarnya.

3.  Menerapkan tebang pilih

Jika ingin menebang pohon, sangat disarankan untuk menggunakan sistem tebang pilih. Jadi, pohon yang ditebang hanyalah pohon yang cukup tua dengan ukuran diameter dan tinggi tertentu. Sistem ini menyisakan 90 persen pohon untuk bisa tumbuh sehingga hutan tetap lestari.

4.  Sistem tebang tanam

Jika sudah menebang pohon, maka harus disertai dengan aksi menanam kembali. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hutan tidak gundul.

Tentu saja metode di atas mungkin tidak memberi dampak yang signifikan. Bagaimanapun juga, kita masih memerlukan peran pemerintah untuk mengendalikan perilaku rakyat terhadap hutan melalui kebijakan yang ditetapkan. Namun setidaknya, kita sudah melakukan yang terbaik #UntukmuBumiku. Setidaknya, aksi kita bisa menjadi teladan bagi keluarga kita sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita.

Bumi memang sudah banyak mengalami kerusakan akibat tangan jahil manusia. Meskipun demikian, siapa lagi yang dapat menyelamatkan bumi jika bukan manusia itu sendiri?  Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan! Apa yang kau tanam, itu yang akan kau tuai. Jika kita baik kepada alam, maka di masa depan, alam juga akan bersahabat dengan anak cucu kita.

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

Related Posts

Posting Komentar